Kuasai Secara Detail

Menjual isu nilai sebuah kesehatan

Ada sebuah rumah makan soto lamongan yang baru saja berjalan 2 bulan dan pemiliknya, Pak Ali cukup dekat dengan saya. Beliau menceritakan pengalamannya pada saya seputar usahanya. Meskipun Pak Ali sebagai pemilik, tidak berarti dia bisa bersantai-santai. Dia harus mengerti apa yang anak buahnya kerjakan dan setiap pukul 3 pagi pergi berbelanja ke pasar untuk membeli bahan-bahan masakan.

Suatu ketika dia mengamati cara anak buahnya memasak. Ternyata mereka menggunakan bumbu penyedap terlalu banyak. Pak Ali agak berkeberatan dengan hal tersebut. Menurutnya, hal itu bisa mengganggu kesehatan para konsumen. Ketika dia menegur karyawannya mengenai hal itu, sang karyawan menolak untuk mengurangi takaran dengan alasan akan mengurangi kegurihan rasa dari masakan.

Pak Ali berusaha untuk mencari jalan keluar, ia berkonsultasi kepada salah seorang ahli masak. Sang ahli masak itu mengajarkan kepada Pak Ali untuk mengganti bumbu penyedapnya dengan bumbu-bumbu alami yang tidak kalah lezatnya. Lima hari kemudian, saya datang ke rumah makan tersebut dan terpampang tulisan "Resep baru tanpa MSG, sehat-murah-berkualitas" di spanduk rumah makan tersebut dan saya melihat semua meja terisi penuh. Awalnya, para pelanggan yang mampir makan hanya komunitas ojek di sekitar rumah makan.

Namun, sekarang pelanggan bermobil pun ikut mengantri. Rupanya banyak pelanggan yang sadar arti kesehatan dan hal ini yang diexpose oleh Pak Ali. Inilah yang disebut mastery, yaitu menjadi paham dan pandai menyelesaikan setiap permasalahan akan menjadikan sebuah peluang yang menjanjikan.

Mengawali sebuah usaha sangatlah mudah dan banyak caranya, sedangkan untuk mempertahankan eksistensi memerlukan pelajaran dan keterampilan tersendiri. Menurut saya, keterampilan bukanlah hal utama dalam memulai sebuah usaha. Dalam sebuah diskusi di Radio, saya pernah bertanya kepada seorang pendengar, "Apakah Bapak terampil dulu naik sepeda, baru mau bersepeda? Apakah Bapak terampil berenang dulu, baru menyebur ke air? Bagaimana keterampilan itu bisa didapat?" Belajar dari 'jatuh bangun' untuk menjadi terampil.

Semua orang memulai sesuatu dengan keberanian terlebih dahulu. Kita tidak perlu menjadi master terlebih dahulu, baru mulai berbisnis. Namun, lakukan dan beranikan diri terlebih dahulu. Sewaktu masih bayi, kita memerlukan orang lain untuk membantu kita belajar berdiri. Namun, kecepatan seseorang belajar berdiri, berjalan, dan berlari adalah sukses pribadi yang merupakan kemenangan pribadi, bukan usaha orang lain. Sebuah kesuksesan merupakan usaha individu, meskipun di dalamnya terdapat dukungan dan nasihat dari orang lain.

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter