Pikiran Itu Mencipta

[11] Pikiran Itu Mencipta Bossman Mardigu Wowiek - Sadar Kaya

Kita pasti senang mendengar kalimat, "Hati-hati dalam berkata, hati-hati dalam berpikir!" Ya, tetapi perkataan tersebut lebih mudah diucap dan didengar daripada benar-benar dikerjakan. Kita semua pasti tahu bahwa mind is creating atau pikiran itu mencipta. Seperti apa maksud kalimat tersebut?

Ilustrasinya kira-kira begini. Pernahkah Anda suatu hari di tengah perjalanan sedang menyetir mobil atau sedang mengendarai motor, Ialu Anda menyadari bahwa ternyata dompet Anda, SIM Anda, tertinggal di rumah?

Lalu Anda pun panik, dan daian hati mengucap, "Wah, jangan-jangan ketangkap polisi, nih?!"

Selang tak berapa lama, di lampu merah polisi datang mendekati Anda dan menanyakan SIM Anda. Bayangkan, ada ratusan pengendara motor atau mobil di sana, mengapa tahu-tahu dia menanyakan Anda?

Atau, pernahkah suatu hari Anda berkata dalam hati, "Eh, alamat dan nomor telepon teman-teman semua tercatat di handphone. Kalau handphone ini hilang, pasti gawat nih!" Ternyata selang beberapa hari kemudian, handphone Anda benar-benar hilang!

Atau, mungkin suatu hari Anda berkata dalam hati. "Eehmm, kayaknya ini kunci mobil cuma satu, nggak ada cadangannya. Kalau hilang, bisa berabe nih!" Besoknya kunci tersebut ketinggalan di dalam mobil dalam keadaan terkunci!

Dari cerita-cerita tersebut, kesannya ketika kita mengatakan—atau bahkan sekadar memikirkan—sebuah kekhawatiran dan ketakutan, kalimat itu akan memberikan getaran ke alam semesta. Pada contoh pertama, misalnya, kita memberikan sinyal dan menggetarkan dawai di hati polisi, dan benarlah, getaran tersebut direspons.

Atau satu contoh lagi. Apakah Anda pernah memiliki atau sekadar meninabobokan bayi? Getaran dari diri kita terbaca dengan mudah oleh sang bayi. Misalnya dia di suatu malam katakanlah pukul 2 malam terbangun, kaget dan menangis keras. Kita juga ikut terbangun karena suara tangis sang bayi.

Kemudian kita gendong dia, dan kita mencoba menenangkannya. Lalu ketika sang bayi justru menangis dengan Iebih keras, Anda pun panik. Nah, getaran panik tersebut membuat si bayi menangis tambah keras, yang kemudian membuat Anda tambah panik.

Jadi, solusinya bagaimana? Akan Iebih baik jika Anda mencoba menenangkan diri terlebih dulu; beri getaran bahagia pada diri sendiri dulu; dan buat suasana hati damai terlebih dulu.

Kendalikan semuanya. Anda-Iah pengendali sejati jalan hidup Anda. Lalu lihat, apa reaksi sang bayi setelah getaran Anda tenang dan damai? Pasti tangisannya mereda karena dia terinduksi getaran damai tadi, dan tidurlah dia kembali.

Percayakah Anda bahwa getar dawai Anda tadi bisa menarik apa pun yang Anda pikirkan dan inginkan?

***

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter