Pahami Cara Kerja Otak Anda

[12] Pahami Cara Kerja Otak Anda Bossman Mardigu Wowiek - Sadar Kaya

Memahami cara kerja otak cukup rumit. Ya, rumit karena jalur-jalur peta yang kompleks, syaraf-syaraf neuron yang jumlahnya jutaan dan panjangnya bisa mencapai ratusan kilometer jika disambung-sambung.

Jaringan pusat nerve system mengendalikan kimia-kimia tubuh yang menentukan banyak hal, seperti tindakan-tindakan yang diambil, perasaan-perasaan yang timbul, hingga bayangan-bayangan dalam pikiran. Demikian unik dan ajaib.

Kemudian, ada yang namanya persepsi atau paradigma, atau bagaimana seorang manusia memandang dunia. Itu semua memengaruhi tindak-tanduk, hasil, dan masa depan seseorang.

Otak manusia terdiri atas ribuan sambungan, tempat berjalannya set-sel listrik di dalam otak. Ketika kita belum mempelajari suatu hal, di antara sambungan itu ada celah yang memisahkan.

Sebuah celah yang tampak kecil akan jadi seperti jurang kalau kita bandingkan dengan kehidupan di muka bumi. Ketika kita mempelajari suatu hal, sel listrik dalam jaringan tersebut, akan mencoba melompati celah tersebut. Melompat menuju jaringan di depannya, butuh tenaga ekstra untuk melompat, apalagi lompatan pertama kali.

Misalnya Anda belajar mengemudikan mobil. Akan butuh waktu untuk menjadi terampil. Butuh waktu, tetapi lama-lama akan semakin mudah mempelajarinya. Mengapa?

Karena, setelah lompatan pertama, sel tadi juga akan membangun jalan perintis bagi sel listrik lain yang akan melompat juga ketika kita kembali mempelajari hal yang sama.

Semakin kita rajin mengulangi hal tersebut, jalan perintis tadi semakin lama semakin baik, dan pada akhirnya menjadi kokoh. Celah tadi pun tertutup, dan terciptalah suatu sambungan baru.

Saat itu, kita telah berhasil menjadi terampil dalam hal yang berulang kali kita pelajari dan kita Iakukan. Mengapa? Karena, sel-sel listrik di otak tak perlu lagi melompat menyeberangi celah. Jembatan telah kokoh berdiri.

Itulah mengapa orang yang awalnya tidak bisa, kemudian belajar dengan keras, akhirnya mulai terbiasa, lama-lama malah menjadi terampil. Apabila Ia terus belajar di bidang yang sama, dia pun akan menjadi ahli di bidang tersebut. Karena, dia telah membangun jembatan yang kokoh, hingga sel-sel listrik di otaknya bisa berjalan dengan mudah.

Celah tersebut dikenal dengan istilah Cynaps Gap atau RAS (Reticular Activating System). Inilah yang menjembatani alam sadar dan bawah sadar. Sesuatu yang di alam bawah sadar-Iah yang menjalani hidup kita dalam wujud tindakan dan pengalaman. Semua terjadi di otak kanan— pengalaman, memori, dan rasa.

Bagaimana kalau informasi? Tulisan atau perkataan, misalnya.

Ini faktanya tentang kerja otak dan pikiran. Kata-kata dan informasi akan selalu masuk ke otak kiri terlebih dulu. Dianalisis, diulang-ulang, kemudian masuk ke kanan, dibuka RAS, Ialu menjadi tindakan.

Ilustrasinya begini. Misalkan Anda membaca koran pagi ini. Diberitakan bahwa minyak bensin premium sekarang menjadi Rp20.000/liter.

Informasi tersebut masuk ke otak kiri. Dianalisis. Kemudian baru mulai kita membandingkan (atau menghakimi), kemudian terbayang dan terimajinasi, "Wah, jangan-jangan sudah gila nih, pemerintah. Sudah dipilih rakyat, sekarang main naikin harga begitu aja." Mungkin begitu batin Anda. Emosi dan imajinasi tersebut ada di otak kanan.

Informasi sudah berpindah. Begitu emosi tercipta, gelombang RAS tersambung dan lompatan neutron otak cepat terbentuk. Tindakan yang dipilih, misalnya, DEMO!

Itu contoh bahwa otak kiri menerima informasi, pindah ke kanan, ditambah imajinasi, terbangun bayangan emosi, bahagia, sedih, suka, atau takjub, misalnya. Maka, RAS terbuka menjadi NILAl baru dalam PIKIRAN. Menjadi landasan atas perbuatan.

Contoh lainnya, bayangkan jika ternyata Anda adalah orang yang memiliki tabungan di bank sebanyak Rp 10 milyar, Ialu Anda membaca informasi bahwa harga premium menjadi Rp20.000/liter.

Maka, informasi tetap masuk ke otak kiri dan dianalisis. Karena Anda tahu hal itu tidak memengaruhi apa-apa, Anda pun tidak membayangkan apa-apa. Data tidak pindah ke kanan. Tentu tidak terjadi tindakan apa-apa, bukan?

Kembali ke contoh pertama. Perbedaan data peta otak membedakan tindakan. Jika seorang Ibu rumah tangga menerima informasi bahwa harga premium menjadi Rp 20 ribu/liter, akan berbeda dengan seorang politikus lawan dari pemerintah yang berkuasa dalam hal tindakan.

Atau, seorang pedagang asongan menerima informasi naiknya premium, berbeda dengan buruh pabrik, berbeda dengan guru sekolah dasar, dan berbeda pula dengan para pemuda LSM. Di sini indahnya hidup. Di sini seninya hidup.

Suatu hari, saya mengikuti salah satu workshop. Hari pertama, 110 orang murid hadir dari 10 negara. Ada warga India. Australia, Filipina, Malaysia, Kamboja, Hongkong, Jepang, Amerika, Inggris, dan terakhir dari lran. Saya satu-satunya dari lndonesia.

Hari pertama perkenalan, masing-masing cerita jalan hidup mereka masing-masing, saling berbagi sedetail dan serinci mungkin. Wah..., seperti film drama, ceritanya seram-seram. Menegangkan. Taruhan nyawa hilang dan anggota keluarga yang meninggal terbunuh merupakan hal yang biasa. Parah semua kondisinya.

Ada seorang bapak berusia 55 tahun, selama 40 tahun Ia bekerja hanya untuk membayar utang. Ada juga yang bangkrut berutang dengan geng mafia. Ada yang dikejar-kejar Triad, mafia Hong Kong, dan dibunuh keluarganya.

Ada yang ditipu habis-habisan oleh keluarga sendiri. Wah, sulit dibayangkan cerita jalan hidup mereka. Bahkan, 100 kali saya mendengar cerita masing-masing, 100 kali itu pula saya menangis.

Saya tentu tidak boleh menceritakan rincian cerita mereka karena ini merupakan rahasia di antara kami. Ibaratnya, kami seakan sudah menjadi saudara sependeritaan, common sorrow. Jalan hidup saya, jika dibandingkan cerita mereka, menjadi tak sebanding dan tak ada apa-apanya.

Hari berikutnya, sang instruktur menceritakan jalan hidup mereka. Sama saja awalnya, kusut semua. Mereka berlima dan masih muda—yang paling tua baru 35 tahun. Namun, rekening mereka paling sedikit 6.000.000 AUD. 'Diampuuut...!' ujar saya dalam hati berkali-kali.

Millionaire mindset, diajar oleh millionaire. Oke, ini benar. Ini adil. Kami diperlihatkan dana di rekening mereka. Mereka tidak berdusta. Diperlihatkan keesokan harinya bagaimana uang itu datang ke mereka.

Mata saya mulai meIek. Ide di otak saya mulai melompat-lompat liar. Rasanya ada suara 'Aha!' berkali-kali di benak saya.

Hari berikutnya, pelajaran dimulai. Kami membentuk formasi setengah lingkaran tanpa meja. Pelajaran trespassing namanya. Teritori ego kami akan diterabas, dilanggar, dilewati. Siap-siap marah, siap-siap tertusuk hatinya. Kami peserta diberi pertanyaan, "How is the money come to you?" Atau, 'Bagaimana uang datang kepada Anda?'

Seluruh peserta dapat giliran untuk menjawab, dan kalau disamaratakan, semua menjawab: "DENGAN BEKERJA."

Pertanyaan berikutnya. "Kalau tidak ada uang, apa yang Anda lakukan?"

Semua peserta berbicara bergantian, tetapi kesimpulannya, rata-rata menjawab, "Mencari pekerjaan. Karena dengan bekerja, kita mendapat uang".

Pertanyaan berikutnya, "Kalau Anda bekerja, apa yang Anda peroleh?”

Seluruh peserta menjawab: "UANG!"

Pertanyaan berikutnya, "JADl, BEGITULAH CARA KERJA OTAK ANDA? Untuk mendapat uang, Anda harus bekerja?"

Kita stop sebentar. Ada yang salah dari pernyataan tersebut? Tentu tidak, bukan? Inilah pertanyaan dan pernyataan selanjutnya.

"Bisakah Anda tidak bekerja, tetapi dapat uang?"

Otak saya kram, macet. Kemudian terdengar suara instruktur melanjutkan, "Oke. Jadi Anda berpikir bahwa uang datang kalau bekerja, dan kalau tidak punya uang, Anda perlu mencari pekerjaan. Lalu Anda pikir, Anda akan mendapat uang. Padahal, itu hanya menyambung hidup. Di akhir bulan, uang Anda habis lagi, dan Anda bekerja Iagi. Begitu roda kehidupan yang Anda putar. BENAR?"

Otak saya berhenti. Rasanya tidak ada yang salah. Bukankah itu pemahaman yang umum? Uang didapat dengan bekerja. Nggak kerja, ya nggak dapat duit.

Kemudian pertanyaan berikutnya agak menohok saya. "Anda bertuhan, Mr. Mardigu? Anda percaya Tuhan?"

"Ya, tentu saja," jawab saya.

"Tuhan Anda bisa apa?" tanyanya lagi.

Duh, kalau ini bukan pelajaran trespassing, pasti saya sudah mengamuk.

"Tuhan saya bisa segalanya. Tak terhingga," jawab saya dengan nada tidak nyaman.

Instruktur bernama Geoff itu mendekat, "Tuhan Anda tak terhingga, bisa melakukan apa saja, bisa semuanya? Kalau begitu, bisakah Anda meminta kepada Tuhan begini… Anda tetap di rumah, duduk dengan orang yang Anda cintai dan mencintai Anda, mengerjakan sesuatu yang menjadi kesukaan Anda, kemudian memiliki UANG TAK TERH!NGGA. Bisakah?!"

Saya gelagapan.

Dia menekan saya lagi. "Bisakah Tuhan Anda mendatangkan uang kepada Anda tanpa bekerja, dengan hanya mengerjakan yang Anda cintai, tetapi bisa DAPAT UANG TAK TERHINGGA, bisakah??!!"

"Bisa!" jawab saya keras.

"Kenapa Anda tidak minta itu? Kenapa Anda tidak minta kepada Tuhan? 'Ya Tuhan, saya mau berkumpul dengan orang yang saya cintai, mengerjakan sesuatu yang saya sukai, menyenangkan banyak orang, santai, sehat, menjadi semakin pintar, membantu alam, dan dapat uang tak terhingga.'

"Mengapa Anda tak meminta seperti itu? Mengapa tidak meletakkan doa itu di benak Anda, tetapi justru milih yang merepotkan, meIelahkan, dan membuat frustasi hanya untuk dapat uang?! Kenapa minta kerja, baru dapat uang?!" tanyanya dengan nada suara meninggi dan mengeras.

Saya tidak menjawab. Ya saya juga bingung. Kenapa saya mau dapat uang harus kerja? Kenapa nggak diam saja atau mengerjakan sesuatu yang enak dan santai saja?

Tapi kenyataannya kan, orang harus kerja juga, apa pun itu? Buktinya banyak orang yang santai-santai malah masuk jurang kemiskinan. Jadi ini maksudnya saya harus apa, ya?

Geoff menekan saya lagi, "Kalau Anda datang ke sini masih mempertahankan dan mempertanyakan hal-hal dasar, Anda harus siap-siap kecewa. Kalau Anda percaya Anda yang menentukan nasib, Anda siap-siap terkejut.

"Kalau Anda percaya nasib bukan di tangan Anda, Anda pasti kecewa. Tapi kalau Anda percaya Tuhan bisa meIakukan apa pun, Anda pasti mendapat sesuatu.

"Kalau Anda percaya garis tangan sudah ditentukan sebelumnya, Anda pasti frustasi. Kalau Anda percaya Anda menulis jalan hidup Anda sendiri, Anda pasti menemukan jalan keluar.

"Kalau Anda banyak berpikir dan mempertanyakan metode pengajaran selama 7 hari ke depan, siap-siap angkat koper karena Anda tidak akan mendapatkan apa-apa. Kalau Anda pasrah dan percaya. Anda sangat diuntungkan karena semua akan mudah.

"Kalau Anda percaya inilah jawaban atas doa Anda, Anda pasti menikmati setiap proses di kelas ini. Kalau Anda masih memegang kukuh belief system Anda yang lama, Anda akan persis akan menjadi seperti diri Anda yang sekarang.

"Kalau Anda meruntuhkan seluruh bangunan Anda dan bersiap membangun fondasi belief baru, siap-siap melihat diri Anda yang lebih sesuai dengan keinginan Anda," urainya panjang lebar.

Kemudian nada suaranya melunak dan semakin pelan: "Anda ke sini sudah membuang waktu, membuang tenaga, membuang pikiran, dan membuang uang. Apa yang tersisa dari Anda hanya pola pikiran saja. Kalau Anda mau membuang pola tersebut, kita akan meIanjutkan pelajarannya.

"Siap-siap akan sakit, sakit hati, karena semua yang Anda pegang selama ini bisa Iepas—bahkan harus dilepas. Bahkan, kebenaran yang Anda pegang akan dipertanyakan, ditantang ke batas ujung.

"Diri Anda akan didorong ke batas yang membuat Anda merasa, ‘Apakah mungkin? Apakah masuk di akal? Masa sih? Bagaimana bisa?' Pernyataan dan pertanyaan logika belief lama Anda akan ditantang. Kalau ternyata tidak teruji, rubuhkan.

"Ingat, kebenaran yang terbenar adalah kebenaran yang teruji, yang tidak "menohok" atau "menyinggung" siapa pun. Kalau ada yang sakit hati gara-gara kebenaran ini, pelajaran kebenaran ini salah. Dan, semua kita tahu bahwa kebenaran yang paling benar itu membela dirinya sendiri," pungkasnya.

***

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter