Bisnis roti yang memotivasi
Saat istri saya memulai bisnis garmen, sahabat kami Pak Bunardi dan istrinya memulai bisnis roti (bakery) bernama Roti Shianies di Jakarta Barat. Saya berpendapat bahwa bisnis garmen lebih mudah daripada bisnis makanan yang bisa kadaluarsa. Logikanya roti dalam tempo 2 hari tidak laku harus dibuang. Tetapi, Pak Bunardi mengatakan bahwa bisnis tersebut sudah turun-temurun di;jalani dan ini sudah menjadi ciri khas keluarganya di Malang. Bahkan, Pak Bun berani menjamin kesempurnaan dari rotinya. Strategi awalnya adalah dengan meniru produk roti andalan yang banyak tersebar di mall-mall. Walaupun di awal bisnisnya 30% roti sering retur dan harus dibuang, ia tetap optimis pada bisnis rotinya.
Pak Bun pun sering mampir ke pabrik kapur milik saya di Cileungsi untuk membawakan sisa roti yang tidak habis dijual untuk dibagikan ke karyawan pabrik, bahkan terkadang masih ada sisa lebih untuk dibawa pulang untuk anak-anak di yayasan. Selain bisnis roti yang digeluti, Pak Bun mempunyai bisnis alat berat seperti buldozer dan backhoe yang sering saya sewa untuk pengadaan raw material pabrik kapur saya.
Pak Bun bercerita bahwa 1 tahun pertama bisnis rotinya berjalan tersendat-sendat dan dia pun harus mensubsidi bisnis rotinya dari keuntungan sewa alat beratnya. Namun, sejak tahun ke-2 pertumbuhan bisnisnya mulai membaik sehingga perhitungan dagang mulai impas. Baru pada tahun ke-3, bisnis rotinya sudah mulai mengembangkan banyak kegiatan, seperti pendistribusian, penambahan alat-alat baru, renovasi ruang dapur menjadi lebih besar, bahkan divisi penjualannya sudah menggunakan sepeda dan motor untuk berjualan dari rumah ke rumah.
Tercatat sampai saat ini Roti Shianies memiliki 100 penjaja yang menggunakan motor. Penjualan akhirnya terlihat sangat membaik karena hampir tidak ada retur barang jualan alias habis terjual. Dengan rata-rata 3 juta keuntungan bersih per hari, jumlah keuntungan bisnis roti Pak Bun mencapai Rp 90 juta sebulannya. Setelah 8 tahun menyempurnakan banyak hal dalam usahanya, mulai dari strategi penjualan, memodernisasikan pabrik, kemasannya, inovasi produk yang paling nikmat, hingga penambahan outlet-outlet.
Akhirnya, bisnis roti Pak Bun berjalan lancar sekarang. Ironisnya, bisnis garmen yang sangat saya yakini malah mengalami keadaan sebaliknya, tidak berjalan dengan baik. Saya ingat dengan kata-kata Pak Bun tentang mencari bisnis yang tidak mudah dirambah. Tujuannya adalah agar kita mampu struggle terhadap bisnis tersebut. Setelah mengalami kesulitan, pastinya kita akan menikmati kemudahan. Walaupun kesulitan itu datang kembali, kita tidak akan menyerah karena sudah pernah mengalami hal yang jauh lebih sulit. Untuk sukses, kita harus benar-benar master atau ahli di bidang tersebut. Lakukanlah penyempurnaan dalam setiap bisnis kita.
Begitu tercapai apa yang dicita-cita kan, seorang entrepreneur akan langsung membuat sesuatu yang baru. Ketika target tercapai, target yang lebih tinggi dipasang seakan tidak pernah berimbang karena di sanalah kehidupannya berputar dinamis. Jika kita berdampingan dengan seorang entrepreneur, ide-idenya akan mengalir terus. Ide adalah darah seorang entrepreneur. Keseimbangan adalah kesempurnaan, sebuah kesempurnaan yang dilakukan terus menerus disebut vekta. Semangat vekta oleh bangsa jepang disebut sebagai kaizen. Mereka yang memiliki semangat kaizen dianggap manusia yang makrifat karena melakukan penyempurnaan terus menerus di bidang yang mereka kuasai.
Seorang atlet seperti Tiger Wood memiliki semangat ini. Green jacket telah disandangnya sebagai master golf champion yang sukses dalam sebuah turnamen. Suatu hari sesaat setelah menjuarai kejuaraan tersebut, di pertandingan antar master untuk usia 19 tahun, ia berkata pada pelatihnya, "Saya harus menyempurnakan stroke swing golf, sepertinya masih jauh dari sempurna". Bayangkan, seseorang dengan predikat master dunia masih ingin terus berlatih dan tidak cepat puas. Bagaimana dengan kita?
Posting Komentar
Posting Komentar