Bubur yang menyambar peluang
Saya memiliki usaha bubur ayam yang dirintis bersama keluarga. Suatu hari karyawan yang mengurus usaha ini memutuskan untuk pulang kampung dan tidak kembali lagi. Akhirnya, asistennya yang mengurus sendiri usaha tersebut. Hal ini membuat saya cukup bingung. Walaupun usaha itu tetap berjalan, kerepotan terjadi karena kurang tenaga. Usaha bubur itu dipegang oleh 1 orang yang melakukan semuanya, seperti melayani konsumen, mencuci piring, dan kegiatan administrasi lainnya.
Tentu saja hasilnya tidak maksimal. Suatu hari datang seorang anak panti asuhan dari yayasan yang saya kelola. Karena dianggap sudah cukup dewasa, yayasan mengharuskan dia keluar karena tempatnya akan diisi oleh adik-adiknya yang baru. Yayasan menganggap pendidikan SMAnya dapat membantu menemukan pekerjaan dan membiayai dirinya.
Pemuda ini bernama Awn, orangnya gesit, pandai membawa diri, dan mau belajar. Akhirnya kami memutuskan mempekerjakan Awn untuk mengelola usaha bubur kami. Dengan semangat, kami menurunkan 'ilmu' padanya.Ternyata, setelah dievaluasi, Arifin bisa mengelola usaha bubur ini dengan baik. Saya pun melihat sebuah peluang.
Kami sepakat untuk membuka satu lagi usaha bubur dan tentu saja Awn yang akan diserahi tanggung jawab ini. Dengan pertimbangan usaha bubur yang pertama dipegang oleh asisten yang lama dan usaha bubur yang kedua tentu saja Arifin yang mengelola. Dengan segala rencana dan persiapan, akhirnya satu bulan kemudian sebuah tempat bubur yang funky dibuka. Letaknya 2 km dari tempat bubur yang pertama.
Lokasinya kebetulan sangat strategis karena dekat keramaian swalayan, bank, dan sekolah. Dan, usaha bubur itu pun terealisasi. Saya melihat sebuah peluang dari usaha buburnya ini. Memiliki 2 tenaga ahli membuat bisnis bubur menjadi berkembang dan tentu saja menambah pendapatan juga. Itulah jiwa seorang entrepreneur yang tidak akan tahan begitu ada peluang terbuka, langsung sambar, urusan teknis menyusul kemudian.
Dalam sebuah peristiwa ada banyak arti yang dapat diambil hikmahnya. Tentu saja hikmah tiap orang akan berbeda terhadap kejadian yang dialaminya. Hal itu tergantung dari persepsi seseorang dalam melihat sebuah peristiwa. Jika ada tiga orang yang berbeda profesi mendatangi sebuah wilayah kumuh, misalnya tempat pembuangan sampah. Anggap saja ketiga orang itu adalah seorang ilmuwan, dokter, dan pedagang barang bekas.
Tentu mereka akan mempunyai sudut pandang yang berbeda ketika melihat wilayah tersebut. Seorang dokter akan berpendapat bahwa wilayah tersebut sangat tidak sehat, tidak higienis, dan bukan tempat yang nyaman untuk tempat tinggal. Sementara seorang ilmuwan akan menjadikan tempat itu sebagai laboratorium alami untuk penelitiannya, mungkin dia akan melakukan penelitian berkenaan dengan kesehatan dan kuman.
Sedangkan, seorang pedagang barang bekas akan melihat wilayah ini sebagai tambang emasnya karena banyak barang bekas yang bisa diambil untuk bisnisnya. Melihat contoh ini dapat disimpulkan bahwa seorang entrepreneur sejati adalah mereka yang sangat pandai melihat sebuah peluang di mana pun dan bagaimanapun kondisinya. Entrepreneur sejati tidak bisa membiarkan begitu saja sebuah peluang yang dilihatnya.
Hasratnya akan tinggi untuk langsung beraksi ketika melihat peluang. Jika kita sudah sampai di level ini, bersyukurlah karena secara spiritual kita telah memiliki prosperity consciousness (kesadaran kaya), tidak tahan untuk langsung bergerak dan tidak akan ada yang dapat menghentikannya.
Posting Komentar
Posting Komentar