Kata-kata adalah Doa

[31] Kata-kata adalah Doa Bossman Mardigu Wowiek - Sadar Kaya

Terima atau tidak terima, saat ini adalah zaman keemasan bangsa Indonesia. Ada 24 billionaire di tahun 2015, yaitu mereka yang memiliki kekayaan bersih di atas 1 miliar doIar atau Iebih dari Rp13 triliun.

Selain itu, ada 137.000 miliarder atau mereka yang memiliki kekayaan di atas 1 juta dolar (setidaknya Rp13 miliar). Ada 10.000 triliun rupiah uang beredar setiap tahun dengan pertumbuhan 5-8 % per tahun. Pertumbuhan miliarder di Indonesia 22% per tahun.

Dengan kata lain, dalam 10 tahun ke depan akan ada 100 orang Iebih di Indonesia yang akan menjadi billionaire atau naik 5 kali lipat dari hari ini.

Ada hal menarik di dunia psikologi modern yang ditanyakan oleh salah satu mahasiswa sewaktu zaman di kampus saya dulu. Dan, hal itu dulu belum terjawab. Rupanya hingga saat ini belum terjawab juga.

Para siswa menanyakan korelasi atau hubungannya antara bahasa dengan realita. Bahasa adalah susunan kata-kata. Cara merangkai kata-kata, namanya bicara.

Gabungan bicara verbal, intonasi, pemilihan kata-kata, gerak tubuh (body language), mikroekspresi wajah. Dan pergerakan mata, namanya komunikasi.

Sebelum menjawab pertanyaan siswa, mohon sahabat pembaca tulisan ini memahami dulu sedikit keilmuan dalam dunia kehidupan sosial manusia selama kurang Iebih 10.000 tahun, kata-kata adalah bentuk yang selalu lahir belakangan. Science atau ilmu pengetahuan terjadi terlebih dulu. Peristiwanya terjadi dulu, baru kata-kata lahir.

Contohnya, kata selfie. Kata-kata ini baru ada di dunia tahun 2013. Kemudian tahun 2015, ada kata baru seperti wefie untuk foto sendiri bersama.

Untuk bahasa Indonesia, walau belum masuk kamus Bahasa lndonesia, dalam kamus gaul sudah tercipta istilah-istilah seperti "lebay","alay", "jayus", dan banyak lagi.

Kata-kata ini muncul setelah ada peristiwa atau ada ilmunya. Penemuan baru menciptakan kata-kata vocabulary baru. Jadi, kalau Anda dibawa ke mesin waktu masuk ke zaman Budi Utomo pada 1908, orang-orang zaman itu akan menganggap Anda orang asing.

Padahal, Anda asli penduduk kampung Senen di bilangan Salemba sana, misalnya. Anda mengerti mereka bicara apa, tetapi belum tentu mereka mengerti Anda sedang bicara apa.

Kembali ke pertanyaan siswa tentang korelasi kata-kata dengan fakta. Jadi begini, mengapa dua bangsa besar Amerika dan Cina punya banyak orang kaya?

Jawabnya, ternyata dua bangsa ini memiliki nama atas orang kaya itu. Atau, memiliki istilah dan kosakata untuk mendeskripsikan orang-orang ultra-kaya itu.

Misalnya dalam bahasa Indonesia kita mengenal orang sejahtera, yaitu mereka yang bisa menghidupi dirinya sendiri. Lalu orang sentosa atau yang mampu menghidupi dirinya plus keluarganya.

Lalu orang makmur, yaitu sentosa ditambah sudah memiliki tambahan aset produktif. Lalu orang kaya yang memiliki banyak aset. Setelah itu, berhenti kata-katanya, alias habis tidak ada lagi.

Inilah penyebab pikiran manusia Indonesia kebanyakan berhenti di kaya. Atau meminjam istilah asing, seperti konglomerat sebagai orang superkaya. Namun, itu bahasa adopsi. Karena, arti "konglomerat" sebenarnya bukan ‘aji dana','seseorang yang banyak duit', atau 'kaya raya'. Tapi, konglomerat adalah jaringan bisnis.

Sementara, orang superkaya belum tentu harus memiliki jaringan bisnis.

Dalam bahasa Cina kita kenal kata taipan untuk manusia superkaya. Dalam bahasa Inggris Amerika kita kenal istilah "sugar baron" atau 'raja gula'. Ada juga "property mogul" untuk raja properti, "tycoon", "billionaire", "big whaler" (gambler), "big boy" (market mover valas), dan banyak istilah lagi yang memberikan arti spesifik akan simbol kekayaan.

CEO top mereka beristilah sebagai "The Titans", "Board room”, "chamber of commerce”, "kamar dagang”, "bisnis kartel”, dan banyak istilah bisnis, ekonomi yang mengartikan kekuatan pasar dan pelakunya. Hal ini tidak ada dalam kamus bahasa Indonesia. Kita baru bisa mengadopsi karena belum ada fenomenanya.

Namun, dalam 10 tahun ke depan, kata-kata baru akan masuk dalam tatanan bahasa Indonesia yang mengartikan ultrakaya, super-rich person, pengusaha dengan aset multimiliaran.

Kalau perlu, Anda para sahabat juga bisa mengusulkan nama. Mengusulkan kata-kata yang akan dipakai sebagai pemahaman baku arti kata tersebut.

Dalam keilmuan psikologi, nyambungnya begini. Misalkan kata-kata itu ada dan dipahami oleh akal sehat semua instrumen bangsa Indonesia, contohnya "superkaya" kita beri nama "taipan", meniru 2 miliar manusia di dunia ini.

Percayalah, dalam waktu 10 tahun ke depan, para taipan ini akan jauh Iebih cepat hadir di bangsa Indonesia karena banyak yang paham dan masuk di pikirannya.

Inilah yang membuat saya berpikir tentang apa yang terjadi di lndonesia saat ini. Yaitu, sehubungan dengan lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya. Lagu itu diciptakan WR Supratman dengan 3 stanza. Bagi saya, yang beliau gubah merupakan sebuah nurbuah, Iuar biasa. Saat ini kita selalu menyanyikan stanza 1. Perhatikan syairnya di halaman berikut

Indonesia Raya
(Stanza 1—versi resmi Pemerintah, ditetapkan dengan PP44/1958)
Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku
Bangsaku, rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwariya, bangunlah badannya
Untuk lndonesia raya
Indonesia raya, merdeka, merdeka
Tanahku, negeriku, yang kucinta
Indonesia raya, merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia raya

Di sini terdapat kata-kata: Indonesia, tanah tumpah darahku. Jadi sampai sekarang, bangsa Indonesia masih tumpah darah, cekcok di mana-mana.

Lalu ada kata-kata: marilah kita berseru, Indonesia bersatu. Ini kesannya atau bisa diartikan Indonesia belum bersatu, masih terpisah-pisah. Karena itu, fakta saat ini ya begitu, kita nggak pernah kompak, seakan-akan ribut terus.

Stanza 1 ini, cocok untuk zaman perang kemerdekaan hingga tahun '80-an. Seharusnya mulai saat ini, Indonesia sudah menggunakan Stanza 2. Coba sahabat baca dan perhatikan.

Indonesia Raya
(Stanza 2)
Indonesia, tanah yang mulia, tanah kita yang kaya
Di sanalah aku berdiri untuk selama-lamanya
Indonesia tanah pusaka, pusaka kita semuanya
Marilah kita mendoa, Indonesia bahagia
Suburlah tanahnya, suburlah jiwanya
Bangsanya, rakyatnya, semuanya
Sadarlah hatinya, sadarlah budinya
Untuk lndonesia raya
Indonesia raya, merdeka, merdeka
Tanahku, negeriku, yang kucinta
Indonesia raya, merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia raya

Stanza 2 ini saya rasa Iebih cocok dengan masa sekarang. inilah yang disebut kata-kata bisa mengubah realita. Perhatikan kata-kata berikut ini.
Tanah kita yang kaya
Pusaka kita semua
Mendoa Indonesia bahagia
Suburlah jiwanya
Sadar budinya

Jadi, saya sangat menyarankan kepada pemerintah untuk mengubah Indonesia Raya ke Stanza 2. Dan, suatu masa nanti, Indonesia bisa masuk ke Stanza 3. Waktunya, Anda-Iah yang menentukan. SiIakan baca gubahan WR Supratman ini. Sangat Iuar biasa.

Indonesia Raya
(Stanza 3)
Indonesia tanah yang suci, tanah kita yang sakti
Di sanalah aku berdiri, menjaga ibu sejati
Indonesia tanah berseri, tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji; Indonesia abadi
Selamatkan rakyatnya, Selamatkan puteranya
Pulaunya, Iautnya, semuanya
Majulah negerinya, majulah pandunya, untuk lndonesia raya
Indonesia raya, merdeka, merdeka
Tanahku, negeriku, yang kucinta
Indonesia raya, merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia raya

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter