Berjuang Butuh Siasat

Bertahan itu bukan diam, tapi bergerak

STC Senayan adalah sebuah gedung yang terjual penuh, tetapi kurang begitu berhasil mendatangkan pelanggan. Sebagai seorang konsultan bisnis, saya diberi kehormatan untuk memperbaiki performanya oleh sang pendiri mall, yaitu Iswanto. Tindakan pertama saya adalah melakukan pengumpulan data. Saya menyurvei setiap toko sambil berdialog dengan penjaga toko. Sebagian para penjaga toko berpendapat bahwa bentuk mall yang tidak bagus menyebabkan pengunjung urung datang ke STC.

Jika melihat gedung-gedung di sekitar senayan, akan terlihat sekali kekontrasan STC dengan mall di sebelahnya. Selanjutnya, saya mendata pengelola gedung. Dari mereka, saya mendapatkan informasi bahwa banyak pemilik toko yang tidak bermental pebisnis. Mereka hanya investor, membeli toko, kemudian menyuruh pegawainya untuk mengelola tanpa campur tangan sedikit pun dan hal ini membuat toko jauh dari pelanggan. Tidak adanya strategi dagang dan promosi yang jelas membuat toko mereka tidak dikenal. Kesalahan semacam ini yang seharusnya diperhatikan oleh pemilik toko. Sementara, sang pegawai tidak dapat berbuat banyak, mengingat mereka hanya pegawai bukanlah pemilik.

Kurang lebih, mereka tidak akan memikirkan untung rugi yang diperoleh pemilik. Dengan berkelit bahwa mall sepi, bisa mereka jadikan alasan saat diminta pertanggungjawabannya oleh pemilik. Sementara, pengelola gedung tidak dapat berbuat banyak karena hak guna bangunan (toko) sudah 100% lunas. Mereka hanya memerhatikan operasional dan keamanan mall. Sayangnya, ketidakpedulian pemilik toko membuat investasi miliaran rupiah ini menguap begitu saja.

Sebagai seorang entrepreneur yang membangun STC, Iswanto yang juga sahabat saya meminta advis profesional kami. Walaupun dia tidak rugi, tapi kredibilitas dia sebagai pebisnis properti akan rusak. Dia menginvestasikan reputasinya dengan membayar kami. Saya menyarankan kepada pihak STC untuk mau berstrategi layaknya sebuah mall di Korea. Mall ini buka 24 jam dengan kondisi 1 toko bisa disewakan kepada 3 pihak. Dengan pengaturan jam-jam operasinya, mereka dibebaskan menjual barang dagangannya sesuai dengan waktu dan kondisinya.

Contohnya, ketika pagi hari kios di STC bisa digunakan untuk para penjual kue di Pasar Senen sehingga konsumen merasa nyaman membeli kue di tempat yang lebih baik dan aman. Bisa dibayangkan, bagaimana tertariknya konsumen untuk berbelanja kue dengan harga pasar, tetapi lokasinya di mall elit. Jika dihitung ongkos sewa, pastinya akan lebih murah karena dibagi 3 dengan pihak lainnya. Ide ini akan lebih efektif karena selain lebih banyak pesaing, harga barang pun bisa berkompetisi. Ketika jam operasi pihak pertama selesai, toko bisa dilanjutkan kepada pihak lain, misalnya rumah makan. Ini tentunya akan efektif pada saat jam makan siang. Dan, tentu saja ini berlaku untuk koridor khusus makanan, sedangkan untuk koridor lain pun bisa disiasati oleh pedagang lainnya.

Dalam bisnis, kita harus berani dan perlu mengedepankan sikap fight atau semangat juang. Seorang entrepreneur tidak boleh mudah percaya sebelum mencobanya. Walaupun banyak masalah menghadang, kita tidak boleh menyerah. Nalar bisnis kita akan semakin optimal dan pada akhirnya semakin yakin pada kesuksesan yang bisa diraih.

Tegasnya, keberhasilan dalam bisnis memang sangat ditentukan oleh semangat kewirausahaan yang tinggi. Selain semangat juang yang tinggi, berpikirlah positif dan buanglah jauh-jauh pikiran negatif, terlebih lagi putus asa. Pertahankan terus gambaran sukses di dalam benak kita. Hal ini akan menjadi bahan bakar yang menyemangati diri kita.

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter