Mengelola Stress

Tekanan dari kompetitor

Saya akan mengisahkan tentang PT Megasino Investama yang pernah didinkan. Sayangnya perusahaan itu harus tutup setelah kurang lebih dua tahun berjalan. Saya sangat menyayangkan keputusan untuk membubarkan perusahaan tersebut. Padahal jika dilihat, begitu besar investasi dan perputaran uang yang terjadi di perusahaan tersebut. Permasalahan utama muncul ketika banyak pihak-pihak yang menanyakan tentang status legal perusahaan kami. Pada saat itu, perusahaan dengan profit sebesar kami seharusnya berdiri di bawah naungan lembaga keuangan, tetapi perusahaan kami mumi berdiri sendiri dan keadaan ini membuat banyak pihak bertanya-tanya. Perusahaan kami tumbuh sangat pesat, bahkan modal investasi kami kembali dalam tempo hanya 3 bulan. Semua ini seolah mimpi bagi saya yang masih sangat muda dan awam saat itu dan kami bermain tanpa kompetitor lain saat itu. Memiliki 150 karyawan, di antaranya 40 orang berpendidikan S2 dan 50%-nya adalah lulusan dari luar negeri. Bagi saya, itu merupakan sebuah prestasi yang membanggakan. Padahal pendidikan terakhir saya saat itu hanya SMA.

Pertumbuhan bisnis yang cepat membuat beberapa bank cemas karena banyaknya klien yang berpindah ke tempat saya. Keinginan untuk semakin maju terpikir dalam benak saya, akhirnya saya mengejar banyak hal seperti up-date informasi dan pengetahuan. Mengikuti banyak seminar dan short course. Hal itu dilakukan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman. Ternyata bekerja sambil belajar ini membuat tekanan kerja yang sangat tinggi. Sebagai direktur operasi dan pemilik saham, saya dikejar oleh target pribadi dan korporat yang tinggi. Saya mencoba untuk mengimbangi tekanan yang dialami dan serangan baru pun muncul. Pada tahun kedua perusahaan berjalan kompetitor mulai muncul dan melancarkan serangan promosi dan inovasi produk mereka. Tekanan tidak sampai di situ saja karena muncul masalah baru, yaitu adanya surat panggilan dari 8 departemen yang menanyakan status hukum perusahaan kami. Kejaksaan, Deperindag, Depkeu, dan Kepolisian memanggil saya dalam sebuah rapat. Saya dan beberapa rekan pun akhirnya harus berhadapan dengan pihak-pihak yang terkait berkenaan dengan status perusahaan. Walaupun secara teknis saya dan rekan bisa membela din, tetapi tidak dari pihak karyawan PT Megasino Investama. Mereka merasa ragu dengan kondisi ini sehingga banyak dari mereka yang mengundurkan diri atau memutuskan untuk pindah ke perusahaan lain karena khawatir perusahaan akan ditutup.

Tekanan demi tekanan saya hadapi sehingga dalam kondisi stress yang tinggi diharuskan membuat suatu keputusan. Perusahaan dilikuidasi dan distop operasinya karena keputusan perizinan yang mengambang. Akibatnya, saya kesulitan untuk memutar roda bisnis karena tidak adanya keyakinan dari berbagai pihak. Saat itu saya baru berusia 28 tahun dan bingung kepada siapa untuk meminta bantuan. Banyak hal yang harus dituntaskan. Dengan hati gundah, akhirnya saya menutup usaha yang telah banyak mengajari saya akan entrepreneurship. Berakhir sudah zaman keemasan saya. Ironisnya, sebuah surat dari kejaksaan akhirnya datang. Inti dari surat itu adalah keluarnya putusan dari seluruh departemen yang menyatakan bahwa PT Megasino Investama adalah perusahaan yang sehat dan tidak merugikan. Surat itu juga menyatakan bahwa perusahaan kami boleh beroperasi lagi dan kami hanya diwajibkan untuk melengkapi perizinan dari departemen terkait. Surat itu pun ditandatangani secara resmi oleh pejabat yang berwenang. Sungguh sangat disayangkan. Apa daya, perusahaan terlanjur dibubarkan karena keputusan yang diambil dalam kondisi tertekan. Peristiwa ini akan teringat selalu dalam diri saya sebagai sebuah guru pengalaman dan mental.

Jangan pernah membuat keputusan dalam kondisi tertekan (stress). Biasanya, keputusan dalam kondisi panik hanya menghasilkan keputusan yang salah dan sering kali merugikan. Dalam hidup, kita pasti akan dihimpit dan ditekan oleh berbagai macam masalah. Ini bukan hal yang harus dihindari, hadapi saja karena semua pasti akan ada jalan keluarnya. Semua permasalahan yang terjadi memang hanya diri kita sendiri yang bisa menyelesaikannya dan orang lain hanya sebagai tim penilai yang bisa membantu kita. Jangan pernah tergantung pada keputusan orang lain yang nantinya malah semakin menambah masalah kita. Kenali diri kita dan percayalah 100% bahwa kita mampu dan sanggup untuk menyelesaikan apa pun permasalahan tanpa tekanan yang berlebihan. Untuk mengenali potensi diri, memang banyak caranya. Di tempat pelatihan kami ada sebuah cara cepat untuk mendapatkan hikmah mengelola tekanan menjadi sarana membentuk berlian, yaitu Improve yang dirancang khusus untuk para entrepreneur.

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter