Fokus pada Masalah

Jatuh bangun, tapi tetap fokus

Saya mempunyai seorang sahabat dekat, salah seorang pendiri koperasi Estar, yaitu Mas Niam. Mas Niam seorang entrepreneur yang sangat matang dan berpengalaman. Dia telah mengalami banyak peristiwa bisnis, baik suka dan duka. Jatuh bangun pun berkali-kali dialaminya dalam dunia bisnis selama 20 tahun dan satu hal yang saya kagumi adalah kemampuannya untuk bangkit kembali. Mental dan kemampuannya seperti bola bekel yang setiap jatuh selalu memantul kembali.

Mas Niam memiliki lembaga pelatihan yang sangat mapan dan telah melanglang buana selama 16 tahun. Lebih dari 12.000 orang yang dilatihnya saat ini berada di level manajer. Namun, sepandai-pandainya mengelola usaha terkadang ada saja hal yang tidak diperhatikan, salah satunya adalah masalah pajak. Ketaatan membayar pajak seorang Bapak Niam tetap diartikan lain sehingga pada saat cash flow rendah, pihak pajak tetap menuntut Rp500 juta sebagai kewajiban tahunannya dengan argumentasi tertentu dan tidak bisa ditolerir, kecuali membayar. Mau marah? Tidak mengubah keadaan sama sekali.

Mas Niam memilih bayar, asalkan bisnis tetap jalan. Sebuah keikhlasan yang saya kagumi dan dia tidak mengeluh. Dia harus memotong seluruh gaji karyawan, bahkan sampai menjual beberapa aset perusahaan. Kemudian, dia memulai lagi dengan sesuatu yang baru. Sungguh suatu pelajaran yang berharga dan kejadian ini tidak membuatnya patah semangat. Dia tetap fokus pada bisnisnya dan menjalankannya seperti biasa.

Ibarat memasukkan benang ke dalam lubang jarum yang kecil, sebuah usaha harus dilakukan ekstra hati-hati dan telaten. Mata harus fokus, kedua tangan terkoordinasi dengan baik, pencahayaan yang baik, dan suasana sebisa mungkin hening. Filosofi tersebut sama halnya dengan seorang entrepreneur saat menghadapi kendala. Lakukan seperti filosofi memasukkan benang ke dalam lubang jarum. Fokus pada masalah yang dihadapi dengan ketajaman dan ketelatenan. Isolasikan masalah yang dihadapi dan biarkan sistem yang sedang berjalan.

Misalnya, bagian penjual sedang bermasalah, fokuskan di bagian ini saja, biarkan bagian lain seperti produksi atau akunting dengan kegiatannya. Lihatlah ke dalam secara detail untuk mencari akar permasalahan, kemudian baru unsur di luar itu, seperti produk atau kompetitor. Menurut pengalaman, jika akar permasalahannya terletak di penjualan, tergantung bagaimana kita memposisikan produk di pasar, apakah harga kita lebih mahal? Jika memang lebih mahal, tidak masalah asalkan service kita lebih baik. SDM yang kurang kompetitif terjadi karena kurang pelatihan dan motivasi. Jadi, selama kita bisa memfokuskan pada satu hall segala peluang akan terlihat dengan jelas.

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter