Empati Membuat Kita Terlibat

Pembalap jalanan yang membuka bengkel

Saya memiliki bengkel mobil modifikasi semenjak tahun 1993 di daerah Haji Nawi, Jakarta Selatan. Bermitra dengan seorang sahabat lama, yaitu Mas Didiet seorang pembalap jalanan sejak 20 tahun yang lalu. Mas Didiet adalah seorang mekanik terbaik untuk speed racing seperti drag race. Bengkel ini bernama NEWSPEED. 

Mas Didiet senang bermitra dengan saya karena (katanya) saya tidak paham tentang mobil sehingga tidak pernah "ngerecokin". Dia sangat galak, otoriter, dan perfeksionis untuk urusan mobil. Yang saya kagumi dari bengkel ini adalah cara Mas Didiet mengelola. Walau dengan tipe otoriter, biaya overhead bulanan termasuk gaji pegawai bisa ditekan sedemikian rendah olehnya. Padahal untuk bengkel spesialis mobil mewah, biasanya montirnya bergaji mahal. Apa resepnya? Ternyata Mas Didiet memberdayakan anak-anak jalanan yang terlantar yang dididik dari nol.

Pernah Mas Didiet mengisahkan sebuah cerita tentang dua orang anak jalanan yang ditemuinya yang hampir mati kelaparan. Karena iba dan kasihan melihatnya, Mas Didiet mengajak mereka untuk bekerja bersamanya. Mas Didiet mengambil risiko mengerjakan anak-anak jalanan itu yang tidak mempunyai keahlian mesin sedikit pun. Tentunya ini sebuah risiko besar mengingat pelanggan-pelanggan Mas Didiet adalah pelanggan dengan mobil-mobil mewah. Namun, Mas Didiet tidak menyerah begitu saja. 

Dia mendidik, membimbing, bahkan menjamin makan dan kehidupan mereka di bengkelnya. Rasa peduli Mas Didiet sudah sangat membantu kehidupan seorang manusia. Mungkin mereka tidak pernah menyangka bahwa masih ada seseorang yang mau peduli terhadap hidup mereka. Ternyata apa yang diajarkan Mas Didiet tidak sia-sia. 

Mereka cepat belajar di bawah asuhan Mas Didiet. Bahkan, kemampuan mereka bisa disetarakan dengan para mekanik profesional di bengkel-bengkel besar yang sudah mempunyai nama. Hal ini juga menguntungkan Mas Didiet karena biaya bulanan bengkel menjadi rendah. Pelanggan menjadi betah dan kembali lagi ke bengkel tersebut karena harga service yang ditawarkan cukup murah dengan mutu baik. 

Banyak sudah anak didik Mas Didiet yang sekarang membuka bengkel sendiri. Lalu, saya bertanya, "Apa tidak sayang, sudah capek-capek dididik, lantas mereka keluar?" Mas Didiet menjelaskan bahwa semakin profesional, bayaran yang akan mereka terima akan semakin mahal. Hal ini bisa mempengaruhi biaya operasional bengkel. Jadi, akan lebih baik kalau membiarkan mereka untuk membuka bengkel sendiri. 

Justru dengan jalan ini diharapkan ada kerjasama antara bengkelnya dengan bengkel para juniornya. Justru ini bisa mendatangkan keuntungan yang lebih. Saya mengangguk setuju dengan teori Mas Didiet. Ternyata, empatinya pada orang jalanan membawa peluang tersendiri bagi orang seperti Mas Didiet.

Empati adalah mengerti apa yang diinginkan atau dirasakan orang lain. Kita mengetahui apa yang mereka sukai atau tidak. Rasa empatik ini sangat dibutuhkan oleh seorang entrepreneur dalam melayani mitra usaha, pegawai, dan pelanggan. Menurut pengalaman, jika ada 2 orang berwirausaha dengan memiliki kepandaian dan jaringan yang sama, salah satu bisa lebih unggul dari yang lain jika memiliki kadar empatik yang lebih tinggi. 

Dalam dasawarsa 30 tahun terakhir, pembangunan berjalan cukup baik, seperti banyak pabrik, bangunan kantor, hotel, plaza, serta mall yang berkembang di mana-mana. Ketika terjadi era pembaharuan, banyak pihak yang terlibat melakukan aksi mogok, demonstrasi, kerusuhan, dan kekacauan. Hal inilah membuat lndonesia terpuruk di segala bidang, baik dalam segi politik dan ekonomi. Apa yang sudah dibangun selama ini, akhirnya hancur begitu saja. 

Kekacauan terjadi di mana-mana dan kemiskinan semakin menambah jumlah penduduk Indonesia. Setelah ditelaah, ternyata pembangunan yang hanya mengandalkan keterampilan luar dan tidak diimbangi keterampilan hati telah membawa bangsa lndonesia menjadi bangsa yang keras hatinya. Pemilik perusahaan mengeksploitasi karyawan, karyawan menuntut dengan kasar, penjual tidak jujur pada pelanggan, dan pelanggan sangat permisif.  Kalau pun dilakukan teguran, mereka tidak peduli dan ketika kasusnya dibawa ke pengadilan, semuanya selesai dengan uang. Namun, masalah tidak akan pernah selesai begitu saja. Semua orang seakan-akan masih memendam rasa marah dan dendam.

Banyak pihak yang tidak mempunyai rasa empati antar sesama. Mereka cenderung mementingkan dirinya sendiri. Jadi tidak heran, mental bangsa yang seperti ini bisa cepat kolaps jika ada sedikit 'gesekan'. Andai saja masyarakat lndonesia mau peduli terhadap sesama, mungkin segala kesusahan, kekacauan, dan ketidakstabilan dalam negeri ini bisa segera teratasi. 

Satu sama lain saling bahu membahu untuk membangun lndonesia menjadi negara yang lebih kaya. Tidak hanya kaya materi, tetapi juga kaya hati dan moral sehingga menjadi bangsa yang bermartabat di mata internasional. Semua yang saya sebut di atas adalah sebuah peluang besar bagi kita untuk mulai membangun lndonesia menjadi negeri yang rakyatnya bisa hidup damai, makmur, dan sejahterah. 

Itu sebabnya, empati menjadi dasar yang penting dalam kehidupan, begitu juga dalam dunia bisnis. Jika kita telah mengetahui untuk sukses di bisnis harus memiliki rasa empatik yang besar, kita akan menjadi pengusaha sukses dalam jangka panjang. Pahami, bagaimana orang lain merasa, orang lain pun akan memahami apa yang kita rasa.

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter